Urutan bibit jamur tiram wajib di ketahui oleh petani dan calon petani, hal ini sangat berguna agar kita tidak keliru dalam mendefinisan nama bibit, selain itu pengetahuan mengenai bibit akan menghindarkan kita dari penipuan orang yang tidak bertanggung jawab.
Pada tumbuhan jamur tiram berbeda dengan tumbuhan lainnya di mana biasanya hanya mengenal bibit tunggal yang berupa biji, ada juga tumbuhan lain yang bisa dikembangbiakan melalui stek an cangkok,
Berbeda pada jamur tiram istilah bibit tidak sama dengan pada tumbuhan lainnya, karena pada jamur yang telah dikembangkan saat ini yang disebut bibit adalah berupa fase atau tahapan keturunan yang dimulai dari spora yang diambil dari tubuh buah jamur dan ditanam didalam media paling lunak yang disebut PDA (Potatos Dextros Agar) bibit pertama ini biasa disebut F0 atau PDA,
Hasil keturuanan bibit tersebut dimana hanya bibit keturunan terakhirlah yang bisa ditanam dan di tumbuh kembangkan menjadi jamur yaitu disebut F3 atau lebih familyar dengan sebutan Bag log.
Jamur tiram hasil pemilihan tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diisolasi sporanya dalam keadaan yang steril.
Isolasi spora jamur tiram dilakukan pada cawan petri berisi media PDA (Potato Dextrose Agar) Spora kemudian akan berkecambah dan terus membentuk hifa (benang halus cendawan).
Hifa semakin kompleks membentuk misellium (kumpulan hifa). Tahap inilah yang disebut bibit induk (F0).
Media tanam baru untuk keturunan f0 harus benar-benar diperhatikan sebab jika f1 yang dihasilkan memiliki kualitas kurang bagus, maka ini akan menjadi sebab kurang berkualitas keturunan berikutnya, dan berefek sampai pembuatan f0 kembali karena akan diambil dari jamur yang tumbuh pada akhir keturunan atau fase penurunan atau disebut Baglog
Penanaman ini merupakan keturunan pertama dari bibit starter PDA atau F0 dan kemudian bibit hasil keturunan tersebut diberi nama F1 atau starter pertama dari F0.
F2 ini diturunkan dari f1 yang masih dalam keadaan steril, bibit F1 (starter) di turunkan ke media lain berupa campuran biji-bijian, serbuk kayu.
Media tanam f2 sedikit lebih serupa dengan f1 dan baglog dimana didalamnya bisa menggunakan biji-bijian dan juga serbuk gergaji, biasanya f2 menggunakan biji jagung pecah enam atau sembilan, sedangkan F1 biasanya menggunakan biji jagung bulat atau butiran, namun ada juga yang menggunkan sampai pecah 5
Penanaman ini adalah keturunan kedua dan disebut F2 atau bibit produksi .
Baglog bisa di artikan sebagai fase atau tahapan terakhir dari Urutan bibit jamur tiram, karena mulai dari tahap inilah sebenarnya baglog tidak umum lagi disebut sebagai bibit tetapi sudah merupakan media produksi (media siap tanam).
Biasanya baglog yang sering dipesan oleh para petani pemula karena biasanya mereka memulai dengan budidaya tidak langsung terjun untuk membuat bibit sendiri, artinya secara bertahap jika sudah menguasai pembudidayaan maka biasanya pembudidaya akan mulai berfikir untuk membuat bibit sendiri, dari mulai mebuat baglog terus naik lagi ke f2 sampai membuat f0 sendiri, karena dalam hal budidaya jamur ada tahapannya anda bisa membaca tahapan usaha jamur tiram beserta klasifikasinya di artikel Tahapan usaha jamur tiarm
Kesimpulannya urutan bibit jamur tiram bukan di definisikan berdasarkan kualitas atau jenis jamur, tetapi diklasifikasikan
Pada tumbuhan jamur tiram berbeda dengan tumbuhan lainnya di mana biasanya hanya mengenal bibit tunggal yang berupa biji, ada juga tumbuhan lain yang bisa dikembangbiakan melalui stek an cangkok,
Berbeda pada jamur tiram istilah bibit tidak sama dengan pada tumbuhan lainnya, karena pada jamur yang telah dikembangkan saat ini yang disebut bibit adalah berupa fase atau tahapan keturunan yang dimulai dari spora yang diambil dari tubuh buah jamur dan ditanam didalam media paling lunak yang disebut PDA (Potatos Dextros Agar) bibit pertama ini biasa disebut F0 atau PDA,
Hasil keturuanan bibit tersebut dimana hanya bibit keturunan terakhirlah yang bisa ditanam dan di tumbuh kembangkan menjadi jamur yaitu disebut F3 atau lebih familyar dengan sebutan Bag log.
Urutan bibit jamur tiram putih
BIBIT F0
Bibit f0 merupakan asal mula bibit jamur bibit ini biasa disebut (starter) atau juga PDA yang diperoleh langsung dari tubuh buah jamur tiram dan telah melalui proses pemilihan jamur (tubuh buah) yang berkualitas baik menurut ukurannya maupun jumlah batang per rumpun atau daya tahan terhadap penyakit dan lain sebagainya.Jamur tiram hasil pemilihan tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diisolasi sporanya dalam keadaan yang steril.
Isolasi spora jamur tiram dilakukan pada cawan petri berisi media PDA (Potato Dextrose Agar) Spora kemudian akan berkecambah dan terus membentuk hifa (benang halus cendawan).
Hifa semakin kompleks membentuk misellium (kumpulan hifa). Tahap inilah yang disebut bibit induk (F0).
BIBIT F1
Bibit induk F0 yang diambil langsung dari tubuh buah jamur tiram kemudian di turunkan kembali dengan di inokulasi (ditanam / ditularkan) ke dalam media tanam baru yang berupa biji-bijian murni berupa jagung, millet, gandum, shorgum, atau padi.Media tanam baru untuk keturunan f0 harus benar-benar diperhatikan sebab jika f1 yang dihasilkan memiliki kualitas kurang bagus, maka ini akan menjadi sebab kurang berkualitas keturunan berikutnya, dan berefek sampai pembuatan f0 kembali karena akan diambil dari jamur yang tumbuh pada akhir keturunan atau fase penurunan atau disebut Baglog
Penanaman ini merupakan keturunan pertama dari bibit starter PDA atau F0 dan kemudian bibit hasil keturunan tersebut diberi nama F1 atau starter pertama dari F0.
BIBIT F2
Bibit f2 adalah keturunan berikutnya dari f0 yang sudah diturunkan terlebih dahulu ke f1, jadi secara tidak langsung semua keturunan bibit jamur sampai tumbuh menjadi jamur adalah keturunan dari f0.F2 ini diturunkan dari f1 yang masih dalam keadaan steril, bibit F1 (starter) di turunkan ke media lain berupa campuran biji-bijian, serbuk kayu.
Media tanam f2 sedikit lebih serupa dengan f1 dan baglog dimana didalamnya bisa menggunakan biji-bijian dan juga serbuk gergaji, biasanya f2 menggunakan biji jagung pecah enam atau sembilan, sedangkan F1 biasanya menggunakan biji jagung bulat atau butiran, namun ada juga yang menggunkan sampai pecah 5
Penanaman ini adalah keturunan kedua dan disebut F2 atau bibit produksi .
BIBIT F3 ATAU BAGLOG
Baglog atau biasa disebut bibit produksi karena bibit jamur tiram ini sudah siap dibudidayakan dan tidak dianjurkan untuk di turunkan kembali, karena jika dirunkan kembali akan menghasilkan jamur yang kurang bagus, artinya tidak akan seimbang dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk penurunannya.Baglog bisa di artikan sebagai fase atau tahapan terakhir dari Urutan bibit jamur tiram, karena mulai dari tahap inilah sebenarnya baglog tidak umum lagi disebut sebagai bibit tetapi sudah merupakan media produksi (media siap tanam).
Biasanya baglog yang sering dipesan oleh para petani pemula karena biasanya mereka memulai dengan budidaya tidak langsung terjun untuk membuat bibit sendiri, artinya secara bertahap jika sudah menguasai pembudidayaan maka biasanya pembudidaya akan mulai berfikir untuk membuat bibit sendiri, dari mulai mebuat baglog terus naik lagi ke f2 sampai membuat f0 sendiri, karena dalam hal budidaya jamur ada tahapannya anda bisa membaca tahapan usaha jamur tiram beserta klasifikasinya di artikel Tahapan usaha jamur tiarm
Kesimpulannya urutan bibit jamur tiram bukan di definisikan berdasarkan kualitas atau jenis jamur, tetapi diklasifikasikan
Komentar
Posting Komentar